KRISIS LISTRIK, PENGUSAHA MENJERIT
Pemadaman bergilir yang akhir-akhir ini sering terjadi di ibu kota membuat banyak pengusaha yang usahanya bergantung pada listrik menjerit. Bagaimana tidak, omzet mereka menurun drastis sampai lebih dari 50% akibat pemadaman bergilir ini.
Sama halnya dengan seorang pengusaha foto copy di daerah yang sama, Tegalparang, omzet dia bila listrik normal bisa mencapai Rp 500.000/hari. Sebaliknya, jika listrik padam berjam-jam omzet dia maksimal hanya Rp 200.000/hari. Ini diakibatkan karena banyak pelanggan “lari” ketempat lain. “Orang yang mau fotokopi itu kan butuhnya cepat. Kalau listrik mati, ya cari tempat lain,” begitu katanya. “Bagaimana mau menerima pesanan baru, lah wong pesanan yang lain saja masih menumpuk belum dikerjakan,” lanjutnya.
Selain terjadi di ibu kota, pemadaman bergilir juga terjadi di wilayah Depok. Selain merugikan para pengusaha, pemadaman ini juga merugikan pengelola tempat kursu bahasa Inggris yang berlokasi di Jalan Margonda Raya. Pihaknya mengaku uring-uringan akibat pemadaman listrik ini. “Karena listrik mati anak-anak dipulangkan. Kami tidak bisa menggunakan lampu dan AC. Ini merugikan murida dan guru,” kata Heny, pengelola tempat kursus itu.
Para pengusaha berharap pemadaman ini tidak terjadi terus menerus karena ini merugikan mereka. Atau setidaknya PLN melakukan pemberitahuan kepada mereka bila akan memadamkan listrik agar mereka dapat mempersiapan diri. Karena menurut mereka, mereka tidak diberi tahu terlebih dahulu bila listrik akan padam. Tahu-tahu listrik padam berjam-jam. Semoga PLN dapat bekerja lebih baik lagi, begitu harapan mereka.
Sumber: Harian Warta Kota 12 November 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
di komen yaa ^_^